Selasa, 14 April 2009 di 06.24 |  

REMAJA DAN PERMASALAHANNYA :

BAHAYA MEROKOK, PENYIMPANGAN SEKS PADA

REMAJA, DAN BAHAYA PENYALAHGUNAAN MINUMAN

KERAS/NARKOBA

1. MASA REMAJA

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami

peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik

emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah

(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah

psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat

terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang

batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang

dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai

patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang

dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan

bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja

sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa

dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia

belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia

juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan

jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang

pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena

kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka

dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,

namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan

bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang

pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan

perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat

memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensidimensi

tersebut

Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan

menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja

putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas

menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi

dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang

berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone

(FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon

tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon

kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan

Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan

testosterone.

Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah

sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi,

sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga

perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai

memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan

dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah

secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli

perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap

pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).

Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri

dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.

Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka

dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah

beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan

abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi

seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi

mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan

pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman

masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan

rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para

remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih

sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya

mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih

tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,

dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu

melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem

pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar

satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara

berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua

yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak

tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan

usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai

tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah

terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi

terbaik.

Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya

mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar

bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa

para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah

populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,

kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil

pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama

ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang

ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja

akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan

hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar

para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini

diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam

melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi

lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam

suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja

berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan

ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang

ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi

pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali

mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang

selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak

diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.

Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya

membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai

baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik

nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan

menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan

keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang

ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat

besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang

logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai

tersebut.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif

jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua

yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja

itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak

mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat

sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar

lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika

“lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan

dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan

mulai menajam.

Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood

(suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh

Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja

rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar

biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam

untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini

seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan

sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan

cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan

yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat

rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain

sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau

mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat

memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja

cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya

keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri

akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik

dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan

dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.

Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan

sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja

akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak

selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja

bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak

berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan

untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga

seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka.

Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan

belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan

mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih

percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa

tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiri

positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri

sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang

lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi

masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara

akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan

dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu.

Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja

Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang

telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang

bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko

dan berdampak negative pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada

masa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya;

aktivitas social yang berganti – ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya

seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997).

Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam – macam dan

berhubungan dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut

dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika

kelompok seperti tekanan teman sebaya.

2. REMAJA DAN ROKOK

Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat

tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si

perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok

sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat

di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.

Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk

mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (

reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma

( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan

merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,

terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada

kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.

Penyebab Remaja Merokok

1. Pengaruh 0rangtua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang

berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu

memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih

mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari

lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,

Pengantar psikologi, 1999:294).

2. Pengaruh teman.

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka

semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan

demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,

pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman

remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya

mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87%

mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu

pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)

3. Faktor Kepribadian.

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan

diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun

satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan

(termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi

pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna

dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,

1999).

4. Pengaruh Iklan.

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran

bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja

seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan

tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).

3. PENYIMPANGAN SEKS PADA REMAJA

Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan

agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak

teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan

apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang

berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji.

benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.

Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan

manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja

ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa

remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang

dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.

Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun

mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.

Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai

menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non

elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja

tersebut.

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa

awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang

terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi

pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan

respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi

kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah

meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi

tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal,

lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal

tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.

Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.

Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai

individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh

strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun,

alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan

termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya

yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan

ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang

sangat untuk mendapatkan kebebasan.

Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat

menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja

adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS

Data dan Fakta HIV/AIDS

Dilihat dari jumlah pengidap dan peningkatan jumlahnya dari waktu ke

waktu, maka dewasa ini HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS

(Acquired Immune Deficiency Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancaman

hidup bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan

sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup

Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV

2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -

19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti

bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda.

Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena AIDS secara umum

adalah 394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I.).

Diperkirakan setiap hari ada 8.219 orang di dunia yang meninggal karena AIDS,

sedangkan di kawasan Asia Pacific mencapai angka1.192orang.

Data dan fakta tersebut belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya,

melainkan hanya merupakan "puncak gunung es", artinya, yang kelihatan atau

dilaporkan hanya sedikit, sementara yang tidak kelihatan atau tidak dilaporkan

jumlahnya berkali-kali lipat. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya

bisa 100 kali lipat.

Remaja dan HIV/AIDS

Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja

dan kaum muda. Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubungan

seksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapa

penelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia

18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah

melalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai

narkoba, yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%)

kasus). FKUl-RSCM melaporkan bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV di

kalangan remaja terjadi di kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan

kenaikan menyolok dibanding beberapa tahun yang lalu.

Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah

1. Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya

pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya

informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain,

sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun

pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja

terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.

2. Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan

seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba

sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan

narkoba.

3. Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh

melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui

berbagai media cetak atau elektronik.

4. Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya

untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.

5. Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS

mempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera

terlihat.

6. Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum

cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai

pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.

7. Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan

kesehatan reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan

banyaknya remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka

terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.

Apa sih HIV dan AIDS?

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan

virus penyebab AIDS yang melemahka sistem kekebalan tubuh.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang

merupakan kumpulan dari beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan

tubuh yang disebabkan oleh HIV sehingga orang yang telah terinfeksi HIV mudah

diserang berbagai penyakit yang bisa mengancam hidupnya

Perjalanan Infeksi HIV

HIV menular melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian, jarum

suntik bekas pakai, jarum suntik yang tidak steril, melakukan hubungan seks

berganti – ganti pasangan, atau proses penularan dari ibu ke bayi melalui proses :

hamil, melahirkan, dan menyusui. Setelah masuk dan menginfeksi manusia

selama 2 minggu sampai 6 bulan ( 3 bulan pada 95% kasus) merupakan masa

antara masuknya HIV ke dalam tubuh sampai terbentuknya antibody (penangkal

penyakit) terhadap HIV atau disebut juga HIV Positif. Pada fase ini HIV sudah

dapat ditularkan kepada orang lain walaupun hasil tes masih negatif. Fase ini

disebut fase jendela. Setelah melalaui fase jendela. Selama 3 – 10 tahun setelah

terinfeksi HIV, Seseorang yang telah mengidap HIV Positif tidak

akanmenampakkan gejala, tampak sehat, dan dapat beraktifitas seperti biasa. Baru

setelah 1- 2 tahun kemudian mulai timbul infeksi opportunistik ( penyakit lain

yang muncul karena sistem kekebalan tubuh menurun). Obat ARV ( Anti Retro

Viral ) yang diminum pada fase ini dapat menekan pertumbuhan HIV. Akan tetapi

obat ini tidak dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh.

HIV tidak menular melalui

1. Gigitan nyamuk atau serangga lain

2. Keringat, Sentuhan, Pelukan, ataupun Ciuman

3. Berenang bersama

4. Terpapar batuk atau bersin

5. Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama

6. Memakai toilet bergantian

Mengetahui status HIV

Status HIV hanya dapat diketahui melalui Konseling dan Testing HIV Sukarela

· Testing HIV merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan

laboratorium disertai konseling pre dan pasca testing HIV

· Konseling dan Testing HIV Sukarela dilakukan dengan prinsip tanpa

paksaan, rahasia, tidak membeda-bedakan serta terjamin kualitasnya

· Manfaat Konseling dan Testing HIV Sukarela :

- Mendapat informasi, pelayanan, dan perawatan sesuai kebutuhan

masing-masing sedini mungkin

- Dukungan untuk perubahan perilaku yang lebih sehat dan aman dari

penularan HIV

Sudah adakah obat untuk HIV?

_ Obat ARV (Anti Retro Viral) dapat mengendalikan pertumbuhan jumlah

HIV dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk memperpanjang usia hidup

ODHA ( Orang dengan HIV dan AIDS)

_ Obat ARV tidak dapat menyembuhkan Odha karena tidak bisa

menghilangkan HIV dalam tubuh

_ Odha harus minum obat ARV secara rutin pada jam tertentu setiap hari dan

seumur hidup

_ Sejak tahun 2007 terdapat 75 rumah sakit rujukan bagi Odha dis eluruh

Indonesia yang menyediakan obat ARV

\

4. REMAJA DAN PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS DAN

NARKOBA

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasus

penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 - 2003 adalah 20.301

orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun

Definisi dan Macam – Macam Narkoba

Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif

berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia,

baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran,

suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan

ketergantungan (adiksi ) fisik dan psikologis.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).

Yang termasuk jenis Narkotika adalah :

· Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko),

opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

· Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta

campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut

di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-

Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain:

· Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,

Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,

Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis

maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang

dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol.

Apakah Alkohol itu?

Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil

mungkin mempunyai efek stimulasi ringan

Bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh

dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang

populer : minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll.

Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda

alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras yang biasa

disebut dengan spirit (35 – 55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah

dicapai dalam 30 – 90 menitsetelah diminum.

Dari beberapa penelitian alkohol dapat menyebabkan :

_ Kecelakaan lalu lintas

_ Luka bakar

_ Kasus penganiayaan anak

_ Bunuh diri

_ Kecelakaan kerja

Di Indonesia penjualan minuman beralkohol di batasi dan yang boleh membeli

adalah mereka yang telah berumur 21 tahun

Beberapa etnik di Indonesia menggunakan minuman beralkohol pada acara

tertentu dalam jumlah yang sedikit. Mereka juga memproduksi minuman

beralkohol dengan nama yang bermacam ragam misalnya : tuak, minuman cap

tikus, ciu dll

Pengaruh Terhadap Tubuh (Fisik dan Mental)

Pengaruh alkohol terhadap tubuh bervariasi, tergantung pada beberapa faktor

yaitu :

_ Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi

_ Usia, berat badan, dan jenis kelamin

_ Makanan yang ada di dalam lambung

_ Pengalaman seseorang minum – minuman beralkohol

_ Situasi dimana orang minum – minuman beralkohol

Pengaruh jangka pendek

Walaupun pengaruh terhadap individu berbeda – beda, terdapat hubungan antara

konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol Concentration – BAC) dan

efeknya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring

dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah. Sayangnya orang

banyak beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik dan mereka

mengabaikan efek buruknya.\

Resiko intoksikasi (”mabuk”)

Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah ”mabuk”, ”teler” sehingga

dapat menyebabkan cedera dan kematian. Penurunan kesadaran seperti koma

dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat demikian juga henti nafas dan

kematian.

Selain kematian, efek jangka pendek alkohol dapat menyebabkan hilangny

produktifitas kerja (misalnya ”teler, kecelakaan akibat ngebut). Sebagai tambahan,

alkohol dapat menyebabkan perilaku kriminal. 70 % dari narapidana

menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40 %

kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol

Pengaruh Jangka Panjang

Mengkonsumsi alkohol berlebiha dalam jangka panjang dapat menyebabkan :

_ Kerusakan jantung

_ Tekanan Darah Tinggi

_ Stroke

_ Kerusakan hati

_ Kanker saluran pencernaan

_ Gangguan pencernaan lainnya (misalnya tukak lambung)

_ Impotensi dan berkurangnya kesuburan

_ Meningkatnya resiko terkena kanker payudara

_ Kesulitan tidur

_ Kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan

_ Sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi

Sebagai tambahan terhadap masalah kesehatan, alkohol juga berdampak terhadap

hubungan sesama, finansial, pekerjaan, dan juga menimbulkan masalah hukum

Pengaruh alkohol pada perilaku

Konsentrasi alkohol dalam

darah

Pengaruh yang ditimbulkan

Perasaan

segar (well –

being)

Sampai dengan 0.50 g% · Banyak bicara

· Santai

· Lebih percaya diri

Risiko

rendah

0.05 – 0.08 g % · Banyak bicara

· Bertindak dan lebih merasa

percaya diri

· Berkurangnya kemampuan

untuk berfikir dan bergerak

· Berkurangnya rasa malu

Risiko

sedang

0.08 – 0.15 g % · Bicara cadel

· Berkurangnya keseimbangan

dan koordinasi tubuh

· Refleks menjadi lambat

· Penglihatan kabur

· Emosi yang labil

· Mual, muntah - muntah

Risiko tinggi 0.15 – 0.30 g % · Tidak dapat berjalan tanpa

bantuan

· Apatis, mengantuk

· Kesulitan bernafas

· Tidak dapat mengingat

beberapa kejadian

· Tidak dapat mengendalikan

buang air kecil

· Kemungkinan kehilangan

kesadaran

· Koma

· Kematian

Kematian > 0.3 g %

Toleransi dan Ketergantungan

Pengguna alkohol yang terus menerus dapat mengalami toleransi dan

ketergantungan. Toleransi adalah peningkatan penggunaan alkohol dari jumlah

yang kecil menjadi lebih besar untuk mendapatkan pengaruh yang sama.

Sedangkan ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi bagian yang

penting dalam kehidupannya, banyak waktu yang terbuang karena memikirkan

(cara mendapatkan, mengkonsumsi dan bagaimana cara berhenti). Pengguna

alkohol akan mengalami kesulitan bagaimana cara menghentikan atau

mengendalikan jumlah alkohol yang dikonsumsi.

Gejala Putus Alkohol

Seseorang yang mengalami ketergantungan secara fisik terhadap alkohol akan

mengalami gejala putus alkohol apabila menghentikan atau mengurangi

penggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6 – 24 jam setelah minum yang

terakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya adalah :

· Gemetar

· Mual

· Cemas

· Depresi

· Berkeringat yang banyak

· Nyeri kepala

· Sulit tidur (berlangsung beberapa minggu)

Gejala putus alkohol sangat berbahaya. Orang yang minum lebih dari 8 standar

minum perhari dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter (sebelum memutuskan

untuk berhenti minum) untuk mendapatkan terapi medis guna mencegah

komplikasi

Sedangkan berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga:

1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi

aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa

membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa

mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan

berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer

sekarang adalah Putaw.

2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta

kesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang

sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.

3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau

mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman

seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu

ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak

dipakai adalah marijuana atau ganja.

Penyalahgunaan Narkoba

Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan

dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan – mulai dari keinginan untuk dicoba

– coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin melupakan persoalan dll –

maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut

akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan

kecanduan.

Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut: 1) coba-coba; 2)

senang-senang; 3) menggunakan pada saat atau keadaan tertentu; 4)

penyalahgunaan; 5) ketergantungan.

Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang

telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang

akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan

pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru,

hati dan ginjal.

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada

jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi

pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,

psikis maupun sosial seseorang.

1. Dampak Fisik:

1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,

halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:

infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah

3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,

eksim

4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi

pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh

meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur

6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,

seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,

testosteron), serta gangguan fungsi seksual

7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain

perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan

amenorhoe (tidak haid)

8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum

suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti

hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya

9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis

yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya.

Over dosis bisa menyebabkan kematian

2. Dampak Psikis:

1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

3. Dampak Sosiai:

1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik

akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat

(tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa

keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik

dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk

membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

Bahaya Narkoba Bagi Remaja

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja

akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah

bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan

hancurlah masa depannya.

Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend

dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua

kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja

untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah

pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.

Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para

remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah

terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa

ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba

dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber

daya manusia bagi bangsa.

5. MENANGANI MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA

Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti

yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada

remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan

belajar, depresi dll.

Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak

mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah

masa depan bangsa ini digantungkan.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah

semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :

Peran Orangtua :

· Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita

· Membekali anak dengan dasar moral dan agama

· Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak

· Menjalin kerjasama yang baik dengan guru

· Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal

menjaga lingkungan yang sehat

· Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak

· Hindarkan anak dari NAPZA

Peran Guru :

· Bersahabat dengan siswa

· Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman

· Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan

ekstrakurikuler

· Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga

· Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP

· Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas

· Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain

· Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek

setempat

· Mewaspadai adanya provokator

· Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah

· Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang

secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial

· Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA

Peran Pemerintah dan masyarakat :

· Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti

· Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak

melalui olahraga dan bermain

· Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas

· Memberikan keteladanan

· Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya

secara tegas

· Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan

Peran Media :

· Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)

· Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)

· Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas

biaya khusus untuk remaja

6. REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT

Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja:

1. Mengerti tujuan hidup

2. Memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan

kematangannya.

3. Bergaul dengan bijaksana

4. Terus menerus memperbaiki diri

Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan

sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan,

dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri.

Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual,

emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fisik 35%

2. Intelektual 20%

3. Emosional 30%

4. Spiritual 15%

Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya berkembang

tidak sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan

kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.

Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta

hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina? Kadangkadang

ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap

sebagai orang tua, teman.

Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:

1. Otoriter ------- demokratis

2. Tertutup ------- terbuka

3. Formal ------- informal

Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju" Sehingga dapat

dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam kutub atau masa

anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa.

"Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:

1. Fisik yang kuat

2. Emosi yang cepat tersinggung

3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang

4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang

saja dipakai

Dan "Dalam perjalanan menuju" yang paling penting diketahui oleh remaja

adalahbagaimana remaja dapat berproses :

1. Menuju fisik yang ideal

2. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh

3. Menuju cara berfikir dewasa

4. Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat

tatakrama

Diposting oleh hamshter blog

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates